SPEKTROSKOPI SINAR X
by Sitti nurjanah faisal, Fitri kurnia faeda , Syafiruddin boy
- A. Latar Belakang
Spektroskopi umumnya di gunakan dalam kimia fisis dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang di gunakan untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral.
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi sinar-X. Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1895. Penemuanya diilhami dari hasil percobaan percobaan sebelumnya antara lain dari J.J Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut mengamati gerak electron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca yang hampa udara. Pembangkit sinar-X berupa tabung hampa udara yang di dalamnya terdapat filament yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika filamen dipanaskan maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke anoda. Dengan percepatan elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dengan anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi sinar-X.
Proses produksi sinar-X adalah proses yang dikenal dengan bremsstrahlung, yaitu istilah dalam bahasa Jerman yang berarti radiasi pengereman (braking radiation). Elektron sebagai partikel bermuatan listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang kuat akan menyebabkan elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu menyebabkan elektron kehilangan energinya dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai sinar-X bremsstrahlung.
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum sinar-X dari suatu atom. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X karakteristik. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu yang lebar, sementara spektrum energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit. Sinar-X karakteristik terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Beda energi antara tingkat-tingkat orbit dalam atom target cukup besar, sehingga radiasi yang dipancarkannya memiliki frekuensi yang cukup besar dan berada pada daerah sinar-X.
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Ka. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kb. Oleh sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron banyak diamati, maka di samping spektrum sinar-X bremsstrahlung dengan energi kontinyu, juga akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi Ka, Kb, dan seterusnya. Jadi, sinar-X karakteristik timbul karena adanya transisi elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya dua jenis sinar-X menyebabkan munculnya dua macam spektrum sinar-X, yaitu spektrum kontinyu yang lebar untuk spektrum bremsstrahlung dan dua buah atau lebih garis tajam untuk sinar-X karakteristik.
- B. Prinsip Kerja
Jika suatu sinar-X atau suatu electron yang bergerak dengan kecepatan tinggi dari suatu atom, maka energinya dapat diserap oleh atom. Jika sinar-X tersebut mempunyai energi yang cukupmembuat sebuah electron keluar dari salah satu kulit atom yang terluar misalnya kulit K sehingga atom menjadi terionisasi, suatu electron dari kulit energi yang lebih tinggi, misalnya kulit L jauh menempati posisi yang ditinggalkan electron yang lebih dalam. Panjang gelombang dari emisi sinar-X karakteristrik unsure yang ditembak.
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk menghasilkan elektron-elektron, kemudian elektron-elektron tersebut dipercepat terhadap suatu target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron. Ketika elektron-elektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target, karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponen-komponen, yang paling umum adalah Kα dan Kβ. Ka berisi, pada sebagian, dari Kα1 dan Kα2. Kα1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua kali lebih intensitas dari Kα2. Panjang gelombang yang spesifik merupakan karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr). Disaring, oleh kertas perak atau kristal monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X monokromatik yang diperlukan untuk difraksi. Tembaga adalah bahan sasaran yang paling umum untuk diffraction kristal tunggal, dengan radiasi Cu Kα =05418Å. Sinar-X ini bersifat collimated dan mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X pantul itu direkam. Ketika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg, interferens konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam intensitas terjadi. Detektor akan merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus yang akan dikeluarkan pada printer atau layar komputer.
Spektrum sinar-X memiliki :
- Panjang gelombang antara 10-5- 1 nm
- Frekuensi antara 10-17- 1020 Hz
- Energi antara 103-106 eV
- Panjang gelombang sinar-x memiliki orde yang sama dengan jarak antara atom
Gambar 2. Spetroskopi XRD
1. Muatan Energi
Jika sebuah electron keluar dari kulit K, ia dapat diganti oleh sebuah electron dari kulit L dengan memancarkan radiasi dengan energi.
Energi Kulit K
Garis-garis kulit k disebut dengan garis K, kulit L disebut garis-garis L dan selanjutnya. Ada dua lingkaran garis yang dibedakan oleh energi yang kecil pada kulit L, lima untuk kulit M dan seterusnya. Sebuah electron yang jatuh dari kulit L menuju kulit K memancarkan sebuah energi dengan besar sama dengan selisih energi antara kulit-kulit ini, disebut garis Ka. Sebuah electron yang jatuh dari kulit M ke kulit K membangkitkan sinar-X Kb. Garis Kb memiliki struktur yang halus, seperti halnya garis-garis Ka. Elektron-elektron yang berasal dari kulit K jatuh ke kulit L membangkitkan garis-garis L, dan seterusnya. Spektrum emisi sinar-X pada semua unsure mirip, tetapi panjang gelombang dari garis-garis ini beragam untuk unsure alkali dengan unsure yang lain, tergantung dari nomor atom unsure.
2. Hukum Moseley
Emisi antara panjang gelombang dan nomor atom dirumuskan sebagai Hukum Moseley.
c.l.a (z - s)2
Dimana c adalah kecepatan cahaya, l adalah panjang gelombang sinar-X, a adalah tetapan, Z nomor atom unsure, dan s konstanta yang tergantung pada seri garis (seperti garis Ka atau La).
Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur
Unsur | Absorpsi AO (K) | Emisi | |
Kb | Ka | ||
Mg Ti Cr Mn Ni Ag Pt | 9,54 2,50 2,07 1,895 1,487 0,484 0,158 | 9,56 2,514 2,085 1,910 1,500 0,496 0,164 | 9,9 2,748 2,290 2,106 1,658 0,560 0,186 |
Absorpsi merupakan kebalikan dari daya penetrasi. Bila panjang gelombang dari sinar-X menurun, maka energi akan meningkat, daya penitasi yang meningat dan absorptivitas menurun.
Pada saat panjang gelombang lebih kecil dari 0,2 A0, daya penitrasi secara ekstra meningkat.
3. Pembangkitan sinar-X
Dasar dari pembangkitan dan analisis dari sinar-X adalah sebagai berikut. Bila suatu unsure yang berbentuk kawat logam dipanaskan secara elektrik, dia akan mengeluarkan elekton-elekton. Suatu voltase positif yang berbentuk suatu anoda ditempatkan dekat electron-elektron ini, electron-elektron dipercepat menuju anoda. Pada penumpukan di anoda electron-elektron mentransfer energi mereka terhadap permukaan logamnya, yang kemudian memancarkan radiasi. Radiasi ini memiliki panjang gelombang yang sangat pendek (0,1 – 0,5) sehingga dinamakan radiasi sinar-X. Anoda disebut sebagai target. Sejumlah logam telah dipakai sebagai material target, seperti tembaga, molibdenam dan tungsten. Panjang gelombang yang dipancarkan oleh target tergantung pada logam yang dipakai dan voltase antara anoda dan katoda. Bila seluruh energi dari electron-elektron yang sedang bertumbukan dalam sinar-X, maka dicapai l minimum. Radiasi energi yang paling tinggi diperoleh seluruh energi dari electron-elektron dikonversi menjadi energi radiasi, sehingga energi electron sama dengan energi radiasi. Energi radiasi diberikan oleh E=hv, sedangkan energi electron adalah E= eV. Bila keduanya setara, hV=ev, dimana e merupakan muatan electron, V adalah voltase yang digunakan, dan v adalah frekuensi radiasi.
Total, , sehingga
Penurunan ulang diperoleh
Bila seluruh energi diubah menjadi radiasi sinar-X, panjang gelombang radiasi adalah angostrom sehingga dicapai keadaan l minimum.
Dari persamaan 8.3, diperoleh
Dengan memasukkan nilai-nilai h, c, dan e sebagai konstanta, maka akan didapatkan Hukum Duane-Hart.
Dimana h adalah tetapan planck, c kecepatan cahaya, e muatan electron, V voltare terpakai melalui anoda ke katoda (dalam Volt) dan l adalah panjang gelombang paling pendek pada radiasi sinar-X (dalam angostrom).
Sinar X dihasilkan oleh suatu generator sinar X yang disebut tabung sinar X. Tabung sinar X adalah suatu alat untuk menghasilkan elektron bebas, mempercepat dan akhirnya menabrakkan pada suatu target. Pada proses perlambatan elektron berkecepatan tinggi oleh medan inti atom target akan menghasilkan sinar X kontinyu dan sinar X karakteristik sesuai dengan target yang digunakan. Pada produksi sinar X diperlukan tiga syarat dasar yaitu sumber elektron, catu daya tegangan tinggi dan target. Pada Gambar 3. diperlihatkan model sebuah tabung sinar X dan bagian-bagiannya.
Gambar 3. Skema Tabung sinar-X
Gambar 4. Proses pembentukan sinar-X
Pada peristiwa tumbukan elektron dengan target, terjadi dua interaksi yang menghasilkan dua tipe sinar X yaitu :
a. Sinar X yang dihasilkan akibat perlambatan berkas elektron cepat dalam medan magnet atom anoda yang disebut sinar X kontinu atau sinar X bremstrahlung yang mempunyai spektrum kontinu. Sinar X kontinu pada umumnya digunakan untuk radiografi industri.
b. Sinar X yang dihasilkan akibat transisi elektron dari orbit tinggi ke orbit rendah dari atom anoda. Transisi elektron ini terjadi adanya kekosongan elektron setelah ditumbuk oleh elektron berkecepatan tinggi. Sinar ini disebut dengan sinar X karakteristik. Sinar X jenis ini banyak digunakan pada pengujian analisa bahan.
Sinar-X terpancar dari tabung sinar-X, difraksi sinar-X yang konvergen di terima slit, sinar-X di terima detektor di ubah menjadi sinyal listrik, sinyal ini di hitung sebagai analisa pulsa tinggi.
Detektor EDS x-ray mengukur emisi abudance relatif sinar-x versus energinya. Untuk merangsang emisi sinar-X karakteristik dari spesimen, sebuah balok energi tinggi partikel-partikel bermuatan seperti elektron atauproton, atau sinar X-ray, difokuskan ke sampel yang sedang dipelajari. EDXRF bergantung pada detektor dan detektor elektronik untuk menghasilkan puncak spektrum karena perbedaan energi x-ray.
Detektor biasanya sebuah lithium-drifted silikon, perangkat solid-state. Ketika x-ray menumbuk detektor, sehingga menciptakan sebuah Charge pulse yang sebanding dengan energi sinar-x. Charge Pulse tadi dikonversi menjadi sebuah tegangan (yang tetap proporsional dengan energi X-ray) oleh charge-sensitive preamplifier.
Sinyal tersebut kemudian dikirim ke multichannel analyzer di mana pulse disortir oleh tegangan. Energi, seperti yang ditetapkan dari pengukuran tegangan, untuk setiap tumbukan akan dikirim ke komputer untuk ditampilkan dan dievaluasi datanya lebih lanjut. Energi spektrum sinar x vs jumlah lalu akan dievaluasi untuk menentukan komposisi unsur dari volume sampel.
- C. Instrumentasi
Hampir semua unsur padat dapat digunakan sebagai sumber elemen. Elemen target sebagai sumber harus memiliki nomor atom yang lebih besar dari pada nomor atom elemen yang akan ditentukan. Ini menjamin bahwa energi radiasi dari sumber adalah lebih dari cukup untuk menyebabkan elemen sampel mengalami flouresen.
Intensitas sinar-x karakteristik yang terdeteksi tergantung pada 3 faktor.
- Nomor atom dari atom teradiasi dan juga atom lingkungannya.
- Probabilitas terabsorpsinya sinar-x sebelum terlepas keluar dari sampel.
- Fluoresen sekunder yang juga merupakan salah satu akibat terabsorpsinya sinar-x
tersebut. Sebagai contoh, suatu sinar-x karakteristik energi tinggi dari unsur
mungkin diabsorpsi oleh atom unsur B, karenanya merangsang sebuah emisi
karakteristik dari unsur kedua dari energi yang lebih rendah. Terdapatnya unsur
A dan B dalam sampel yang sama akan menaikkan intensitas dari emisi
karakteristik dari unsur B dan mengurangi emisi karakteristik dari unsur A. Inilah
yang disebut sebagai efek matriks (matrix effect), yaitu sebuah efek yang
tergantung pada matriks sampel, yang karenanya membutuhkan perlakuan khusus selama analisis kuantitatif.
- 1. Sumber sinar-X
Sumber sinar-x beranoda diam. Komponen utama sumber sinar-x yang beranoda diam adalah sebuah anoda, sebuah katoda (K), sebuah filamen (F) sebagai sumber elektron, sebuah sumber tegangan tinggi (HV) untuk anoda dan katoda, dan sebuah tegangan rendah (V) untuk filamen.
Filamen yang diberi catu daya dari sumber tegangan rendah (V) akan mengeluarkan elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya dipercapat oleh tegangan tinggi (HV) yang timbul antara anoda dan katoda, sehingga mereka memperoleh energi kinetik yang sangat besar. Pada saat menumbuk anoda elektron-elektron ini akan melepaskan energi kinetiknya. Sebagian kecil dari energi tersebut berubah menjadi energi gelombang elektromagnetik yang kita sebut sinar-x, sedangkan sebagian besar dari energi kinetik itu berubah menjadi panas yang numpuk pada anoda. Berkas sinar-x yang dihasilkan dapat terdiri atas dua jenis sinar-x. Jenis pertama adalah sinar-x polikhromatik, yaitu sinar-x yang berasal dari akibat pengereman elektron oleh anoda. Berkas sinar-x jenis ini sering disebut sinar-x bremsstrahlung (sebuah kata dalam bahasa Jerman yang berarti pengereman). Jenis kedua adalah sinar-x monokhromatik, yaitu sinar-x yang berasal dari adanya transisi eksitasi di dalam anoda. Kedua jenis sinar-x ini akan dijelaskan secara rinci di dalam pasal berikutnya.
Disamping komponen-komponen utama tersebut di atas, sumber sinar-x ini sering juga dilengkapi dengan komponen lainnya, seperti aliran air dingin melaui anoda yang berfungsi untuk mengeluarkan panas yang timbul pada anoda. Sumber sinar-x dengan anoda berputar. Pada prinsipnya, komponen utama dari sumber sinar-x dengan anoda berputar adalah sama dengan komponen utama dari sumber sinar-x yang beranoda diam. Tetapi perbedaan yang paling mencolok diantara keduanya adalah bahwa anoda pada sumber sinar-x ini diputar oleh sebuah motor listrik dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya elektron-elektron akan menumbuk anoda pada tempat yang selalu berbeda. Keuntungan dari cara ini adalah untuk mengurangi panas yang timbul pada anoda sehingga sumber sinar-x jenis ini dapat menghasilkan berkas sinar-x yang berdaya besar. Sebagai perbandingan, sumber sinar-x beranoda diam hanya mampu menghasilkan sumber sinar-x yang berdaya kurang lebih 2 kilowatt (kW) sementara sumber sinar-x yang beranoda berputar mampu menghasilkan berkas sinar-x dengan daya maksimum sebesar 18 kW.
- 2. Tempat sampel (sample holder)
- 3. Monokromator
- 4. Detektor
Elektron akan tertarik ke pusat kawat oleh muatan positif. Laju electron mencapai pusat kawat yang dari besarnya muatan positif dan jumlah total pasangan yang dibangkitkan. Apabila tidak ada tegangan yang diaplikasikan maka elektron dan ion positif (He+) menyebabkan tidak adanya arus yang mengalir . Jika tegangan secara perlahan-lahan ditingkatkan, maka akan meningkatkan jumlah electron yang mencapai pusat. Semua electron yang terbentuk di pusat kawat dan arus tidak tergantung dari perubahan kecil dalam tegangan. Jumlah total elektron dan ion yang dibangkitkan akan proporsional dengan intensitas sinar-X. Detektor dioperasikan pada kondisi tegangan yang disebut kaunter ionisasi.
Kenaikan tegangan lebih lanjut, menyebabkan electron menuju ke pusat kawat dengan tegangan yang semakin meningkat sampai sebagian dari mereka memiliki energi yang untuk menumbuk dan mengionisasi atom-atom lain dari gas pengisi. Ionisasi menyebabkan pertukaran pasangan ion, dan interaksinya sebagai berikut :
Hal ini disebut dengan pasangan ion sekunder. Banyak electron yang mencapai detector yang sinyal meningkat. Dengan peningkatan voltase yang lebih tinggi, semua electron untuk sebagian pasangan electron ion primer menjadi pasangan ion sekunder. Arus yang independent dari voltase yang kecil pada kondisi yang stabil ini. Sinyal adalah xxxx terhadap jumlah pasangan ion yang terbentuk, demikian juga intensitas sinar-X pada detector. Inilah dasar dari kuartener proporsional. Dalam prakteknya, kaunter proporsional menggunakan metan 25% dan helium 75% sebagai gas pengisi.
Dengan penaikan tegangan yang lebih lanjut, menyebabkan banyaksekali pasangan electron yang mencapai pusat kawat dan jatuh pada detector. Sinyal sekali terionisasi, ia akan menopang dirinya sendiri dan independent dari intensitas sinar-X yang jatuh pada detector inilah basis kaunter Geiger. Kaunter Geiger memberikan sinyal paling tinggi untuk suatu berkas sinar-X dari intensitas yang diberikan. Kaunter proporsional dan kaunter Geiger digunakan secara luas sebagai detector sinar-X. Meskipun pola operasi mereka mirip, mereka dirancang sangat berbeda. Bagaimanapun juga mereka tidak sesensitif kaunter-kaunter sintilasi (scintillation counters).
- a. Detektor sentilasi (scintillation counters)
Detektor ini berguna untuk pada panjang gelombang yang sangat pendek (energi tinggi), tetapi kegunaannya menurun pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang dipakai untuyk mengkonversikan sinar-X menjadi cahaya tampak adalah NaI, antasen, p-terpenil dalam metylen dan naftalena. Range operasi optimal dari setiap detector bervariasi.
- b. Detektor Semikonduktor
Material instrintic adalah sensitive cahaya, dan jika ia dikenai sinar-X, suatu pasangan electron-hole akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk pasangan electron Me adalah sebesar 3,65 eV. Untuk detector Ge(Li)-drifted energi yang dibutuhkan adalah 3,95 eV. Ini jauh lebih kecil dari energi yang dibutuhkan untuk suatu detector kaunter proporsional atau detector sintilasi NaI.
Dibawah tegangan aplikasi sekitar 400 V, electron-elektron bergerak menuju atom positif sedangan hole-holemenuju muatan negative. Voltase yang terbangkitkan merupakan suatu ukuran intensitas sinar-X yang jatuh pada kristal. Proses inianalog dengan kaunter proporsional. Pada pencapaian suatu mantel litium, suatu pulsa dibangkitkan. Voltase sama dengan Q/C, dimana Q adalah muatan total yang terkumpul pada elektroda C merupakan kapasitas detector, yang sekarang menyediakan suatu metode untuk pengukuran berkas sinar-X.
Energi yang diperlukan untuk mengangkut sebuah electron terhadap suatu pita radiasi dalam detector Ge(Li) hanya 0,66 eV dan untuk Si(Li) sebesar 1,1 eV. Oleh karena itu suhu kamar electron-elektron cenderung dengan mudah melewati penghalang ini dan menjadi konduktif sekalipun tanpa sinyal yang jatuh pada sistein. Hal inilah yang menyebabkan noise tinggi. Pendinginan dengan larutan N2 cair dengan besar menurunkan noise dan meningkatkan sensitivitas detector. Sensitivitas detector akan maksimum bila semua sinar-X yang jatih pada detector terdeteksi., bagaimanapun juga kemudian detector memiliki resolusi dan tidak akan dapat membedakan antara energi tinggi dan rendah berkas sinar –X. Untuk mengatasi masalah ini system dimodifikasi dengan menerapkan voltase biasdari ujung-ujung detector.
Detektor silicon-lithium-drifted secara luas dipakai. Detektor-detektor semikonduktor juga dibuat dari germanium sebagai logam dasar dan ditambahkan dengan unsure lain golongan 3A dari tabel periodic, seperti gallium.
Info skematik untuk instrumentasi sinar-X terlihat pada tabel 1. Seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur
Unsur | Absorpsi AO (K) | Emisi | |
Kb | Ka | ||
Mg Ti Cr Mn Ni Ag Pt | 9,54 2,50 2,07 1,895 1,487 0,484 0,158 | 9,56 2,514 2,085 1,910 1,500 0,496 0,164 | 9,9 2,748 2,290 2,106 1,658 0,560 0,186 |
D. Interferensi
Salah satu masalah penggunaan sumber sinar-X adalah bahwa background tinggi dibandingkan dengan garis Ka, Kb dan seterusnya. Jadi harus pilih yang sesedikit mungkin menghasilkan background, seperti tembaga. Untuk kasus radiasi sinar-X, analisis unsur-unsur dengan nomor atom rendah biasa terganggu oleh unsur yang mengandung nomor atom besar, karena absorpsi sinar-X meningkat dengan besarnya nomor atom. Pelarut-pelarut seperti HCl, H2SO4, CS2 dan CCl4 tidak baik karena mereka mengandung unsure dengan nomor atom yang tinggi, yang menyerap sinar-X dan karenanya menyerap ulang sinyal fluoresens. Sampel padat yang tidak segera dikonversi menjadi cair akan menghasilkan background serbuk. Serbuk dapat dicampur dengan garam dan borax dalam sebuah briket. Prosedur ini menyediakan suatu sampel yang mudah larut dan memiliki keuntungan karena berat menjadi suatu matriks standar bagi sampelnya. Matriks tersusun dari unsur-unsur dengan berat atom rendah yang hanya bereaksi sedikit dengan berkas sinar-X.
Sinar-X pada hakekatnya merupakan gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang yang pendek yaitu kurang dari 1010 mm , sehingga memiliki daya tembus yang besar. Adapun sifat-sifat sinar-X antara lain :
a. Dapat menembus bahan. Daya tembus makin besar bila panjang gelombang sinar-X makin
pendek, ketebalan, keraptan dan nomor atom materi yang dilalui makin rendah
b. Menimbulkan attenuasi sewaktu menembus bahan
c. Menimbulkan radiasi sekunder pada semua bahan yang dilalui
d. Memiliki efek luminiscensi
e. Memiliki efek fotografis
f. Menimbulkan efek biologis
g. Menimbulkan ionisasi pada atom atau senyawa.
E. Interferensi dan Pengolahan Data Analisis
- a. Absorpsi sinar-X
µa = Koefisien absorpsi linier
dpri = Panjang jalan yang dilalui material absorpsi
µ1 = Sinar-X sebelum meninggalkan sampel
µ2 = Sinar-X setelah meninggalkan sampel
e = Koefisien absorpsi massa
r = densitas
C = Suatu tetapan
No = Bilangan Avogadro
Z = Nomor atom
A = Berat atom
λ = Panjang gelombang
Dapat dilihat bahwa panjang gelombang yang diberikan sebanding dengan Z4 dibagi dengan berat atom.
Nomor atom/Berat atom |
Koefisien Absorpsi (µa) |
- b. Difraksi sinar-X
Prinsip Huygens.
Untuk menganalisa atau mensimulasikan pola-pola tersebut, dapat digunakan Transformasi Fourier atau disebut juga dengan Fourier Optik.
Difraksi cahaya diterangkangkan oleh prinsip Huygens.
- Richard C. MacLaurin pada tahun 1909, dalam monographnya yang berjudul Light, menjelaskan proses perambatan gelombang cahaya yang terjadi pada difraksi Fresnel jika celah difraksi disoroti dengan sinar dari jarak jauh.
- Joseph von Fraunhofer dengan mengamati bentuk gelombang difraksi yang perubahan ukuran akibat jauhnya bidang pengamatan. Difraksi Fraunhofer kemudian dikenal sebagai far-field diffraction.
- Francis Weston Sears pada tahun 1948 untuk menentukan pola difraksi dengan menggunakan pendekatan matematis Fresnel. Dari jarak tegak lurus antara celah pada bidang halangan dan bidang pengamatan serta dengan mengetahui besaran panjang gelombang sinar insiden, sejumlah area yang disebut zona Fresnel (en:Fresnel zone) atau half-period elements dapat dihitung.
Difraksi pada dua celah berjarak . Fraksi gelombang putih terjadi pada perpotongan antara garis-garis putih. Fraksi gelombang hitam terjadi pada perpotongan garis-garis berwarna hitam. Fraksi-fraksi gelombang terpisah sejauh sudut dan dirunut dengan urutan .
Ion-ion atau molekul-molekul yang menyusun suatu kristal tertata dalam suatu posisi yang baik. Seperti kita menentukan struktur kristal, terlihat bahwa ion-ion membentuk bidang dalam tiga dimensi. Jika berkas sinar –X monokromatik jatuh pada kristal, maka berkas sinar-X dipantulkan oleh setiap bidang. Setiap pantulan berkas berinteraksi dengan berkas pantul lain. Jika berkas tidak sefase makamasing-masing berkas akan saling merusak dan tidak ada berkas yang dibangkitkan. Hasil akhir dari berkas sefase merupakan suatu pola difraksi yang saling menguatkan.
Dari persamaan Bragg: nl = 2 dsin 0, dapat dipakai untuk mengukurd, jarak antar lapisan dengan kristal, dan ini merpakan basis dari kristalografi, suatu bidang sains yang penting. Jika sejumlah kristal yang diberikan, d adalah konstan, oleh karena sudut q tetap demikian halnya nl. Oleh karena itu, jika n bervariasi maka akan korelasi yang merubah l. Untuk merubah sudut fraksi yang diberikan, sejumlah garis fraksi akan dimungkinkan ; n disebut sebagai order. Nilai yang diberikan 2d sin 0 akan sama dengan 60. radiasi panjang gelombang 40, 30, 20, dan 15 0A akan mendifraksi pada sudut q yang pertama, kedua, ketiga atau orde keempat secara berturut-turut. Harus dicatat bahwa radiasi dari 30 0A juga akan mendifraksi pada perbedaan sudut dalam orde yang pertama. Secara istimewa, panjang gelombang dihubungkan terhadap bilangan gelombang rendah 1,2,3,4 dan selanjutnya, memberikan garis-garis difraksi yang observable. Konsekwensinya, suatu bidang tunggal akan membangkitkan beberapa garis difraksi untuk setiap panjang gelombang. Setiap bidang dalam tiga dimensi kristal akan memberikan garis-garis difraksi. Jumlah total dari garis-garis difraksi membangkitkan suatu pola difraksi. Dari pola difraksi diketahui perbedaan jarak antar bidang berdasarkan pola difraksi, dimensi fisis kristal dapat diindentifikasi.
Dalam praktek, l adalah panjang gelombang dari berkas sinar-X diketahui, maka q dapat diukur, dan dari informasi ini d dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Braggs dengan menguji variasi dari sisi-sisi kristal, jarak d1, d2, d3, diantara semua bidang kristal dapat diukur. Pengukuran ini merupakan basis untuk menggunakan difraksi sinar-X.
Indentifikasi kualitatif dapat diperoleh dengan mencocokkan pola ini terhadap pola yang diindentifikasi semula.
Suatu diagram peralatan yang digunakan untuk studi difraksi sinar-X dari Kristal sel ditunjukkan dalam tabel 1. Dengan suatu serbuk sejumlah kecil krital dilibatkan. Kristal-kristal yang terorientasi dalam seluruh kemungkinan relative arah-arah untuk berkas sinar-X. Oleh karenanya, penggantian sampel yang hanya menggantikan spot tunggal, ia dibangkitkan oleh pola sirkular untuk setiap kristal. Pola-pola ini overlap dan suatu seri difraksi. Suatu pola difraksi khas dari sampel serbuk disebut Fotograf Laue. Contoh penggunaan Fotograf Laue adalah untuk membedakan Kristal dari senyawa-senyawa yang berbeda.
Instrumentasi modern menggunakan computer untuk mengidentifikaasi sampel yang diketahui. Sampel yang tidak diketahui diletakkan dalam instrument dan pola difraksi. Operator dapat memprogram computer untuk menampilkan pola-pola difraksi sinar-X yang telah diketahui. Operator dapat memilih pola difraksi yang disesuaikan dengan sampel.
- c. Flouresens sinar-X
Untuk studi kualitatif, sudut difraksi θ diukur. Dari pengukuran ini, maka λ fluoresens dapat dihitung dengan persamaan Bragg. Dengan mengetahui λ dari fluoresens, dapat mengidentifikasi unsure dari deretan standar unsure yang telah diketahui.
Intensitas dari sumber sinar-X harus tinggi. Dengan alas an ini maka voltase sumber harus tinggi, sampai 100 kV. Panjang gelombang radiasi harus lebih pendek dari panjang gelombang minimum yang diperlukan untuk mengeksitasikan sampel, biasanya dipilih lebih kecil daripada 16% dari yang minimum. Persyaratan ini mempengaruhi persyaratan pemilihan target yang dipakai untuk sumber. Unsure target yang umum adalah tungsten, yang memiliki nomor atom tinggi dan oleh karenanya panjang gelombang pendek dari radiasi sinar-X.
Fluoresens sinar-X selektif dapat diperoleh dengan menggunakan suatu berkas sinar-X dengan suatu panjang gelombang yang dapat mengeksitasi suatu unsure tetapi tidak (tidak mempunyai energy yang cukup) untuk membangkitkan yang lain. Dalam sistem ini, hanya satu unsure yang berfluoresens. Perbedaan intensitas tergantung pada berapa unsure yang ada dalam sampel.
Monokromator yang dipakai mempunyai fungsi yang mirip dengan monokromator grating pada cahaya tampak. Kristal memisahkan sinar sinar-X dari panjang gelombang yang berbeda-beda dengan mendifraksikannya pada sudut yang berbeda-beda. Dari persamaan Bragg, dapat dilihat bahwa ketika λ berubah-ubah dan d konstan, θ akan berubah-ubah. Hasil yang terbaik Kristal harus sesempurna mungkin, sehingga d akan menjadi konstan dalam setiap bagian Kristal. Sampel holder terbuat dari material transparan terhadap berkas sinar-X. polimer seperti polietilen yang tersusun atas unsure-unsur dengan nomor atom rendah. Seperti karbon dan hydrogen. Holder aluminium juga sering dipakai.
Sampel cair sangat sesuai sebab sampel akan mengalir kedalam bentuk yang reprodusibel dengan suatu datar. Pelaruut-pelarut yang baik adalah H2O. HNO3, hidrokarbon, senyawa-senyawa karbon yang mengandung oksigen, sebab semua senyawa-senyawa ini memiliki nomor atom yang rendah.
Unsur-unsur dengan nomor atom antara 12 dan 92 dapat dianalisa dalam udara. Unsure-unsur dengan nomor atom 5 (boron) sampai 11 (natrium) berfluoresens pada panjang gelombang yang panjang (energy rendah), dan fluoresens terserap oleh udara. Analisis golongan ini harus dilakukan dalam vakum atau dalam atmosfir helium agar supaya mengurangi kehilangan intensitas fluoresens oleh serapan udara.
- F. Studi Kasus dan Aplikasi
- a. Absorpsi sinar-X
Aplikasi lain dari adsorpsi sinar-X dalam medis untuk mendefinisikan bentuk arteri dan kapiler-kapiler, darah menyerap hanya sedikit, disuntikkan sesium iodide, suatu yang secara kuat mengabsorb sinar-X. zat tersebut kemudian disapu sepanjang darah dan mengikuti kontur arteri. Suatu gambar sinar-X bergerak diambil sebagai sesium iodide penyerap yang tinggi mengikuti arteri dan sebuah filin yang dibangkitkan menunjukkan kontur arteri. Ini dapat dipakai untuk mengidentifikasi pemecahan pembuluh darah halus atau arteri yang dapat menyebabkan pendarahan internal, dapat menyebabkan suatu stroke. Teknik itu dapat juga dipakai untuk menunjukkan suatu timbunan lapisan-lapisan pada sela-sela pembuluh darah halus, timbunan kolesterol membatasi aliran darah melalui jantung. Bila ini terlambat dicek, serangan jantung bias terjadi. Aplikasi analitik unsure penting dari teknik ini adalah penentuan langsung timbale dalam bensin. Dalam kasus ini, bagaimanapun juga metode ini interferens dari sulfur (juga menyerap sinar-X) yang ada dalam sampel. Analisis adsorpsi sinar-X adalah suatu metode nondesktruktif dan independen dari keberadaaan zat-zat kimia. Sebab sensitifitasnya rendah, bagaimanapun juga metode ini lebih berguna untuk kandungan utama daripada untuk logam-logam perunut.
- b. Difraksi sinar-X
Metode pengukuran difraksi sinar-X adalah untuk menggunakan peralatan optic, dimana sistem ini menggunakan tabung sinar-X, specimen sampel, detector yang berputar. Sampel diisikan pada holder specimen. Biasa berupa tabung plastic.sebab terbuat dari karbon, hydrogen, dan barangkali nitrogen dan oksigen, unsure-unsur dengan nomor atom rendah, yang tidak signifikan mengabsorp radiasi. Setelah pembantalan, specimen berotasi relative untuk sumber sinar-X pada laju θo/menit. Radiasi difraksi berasal dari sampel-sampel berdasarkan persamaan Bragg, dan suatu ekstra θo/menit sehingga detector secara simultan berputar pada 2θo/menit.
Respon detector diprogram dengan computer yang akan menampilkan data untuk pemeriksaan atau mencocokkan dengan data pada memori computer untuk identifikasi kualitatif atau analisa kuantitatif, instrument ini disebut Goniometer.
- c. Flouresens sinar-X
Spectra fluoresens sangat sederhana, dan overlap dengan garis-garis emisi dari unsure lain yang tidak dikehendaki, bagaimanapun background emisi dari satu unsure dapat overlap dengan garis emisi unsure lain. Maka suatu koreksi untuk background pada panjang gelombang yang sedikit lebih besar atau lebih kecil daripada untuk B (sebagai contoh, pada titik C) dan substrat lapisan bawah) dari intensitas B. sebagai contoh :
Intensitas B = 50 satuan
Intensitas C = 10 satuan
Intensitas yang benar dari B = 40 satuan
Analisis kualitatif
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan mengukur sudut difraksi fluoresen sinar-X. dari pengukuran ini, panjang gelombang diketahui. Setiap unsur fluoresen pada panjang gelombang yang karakteristik, oleh karena itu unsur dapat diidentifikasi dari panjang gelombangnya.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan mengukur intensitas fluoresen pada panjang gelombang dari unsure. Ini sering dipakai secara luas untuk analisis unsure-unsur baoik logam maupun nonlogam. Batas sensitivitas pada orde 10 ppm. Sensitivitas yang rendah biasanya merupakan handveap bagi un sur-unsur perunut.
Dalam bidang pertanian dapat dipakai untuk menentukan unsure-unsur perunut dalam tanaman dan makanan., mendeteksi insektisida dalam buah dan daun, penentuan fosfat dalam pupuk, deteksi makanan ternak terhadap unsure-unsur, seperti selenium yang apabila dalam komposisi yang cukup besar akan membahayakan dan karekteristik dari tanah.
Penggunaan dalam dunia kedokteran : untuk menentuka secara langsung sulfur dalam protein, klorida dalam serum darah, penentuan strontium dalam darah dan jaringan tulang, analisis unsure dari jaringan, tulang dan cairan tubuh.
Dalam pertambangan, fluoresens sinar-X digunakan untuk menganalisis konsentrasi, penentuan timal dalam alloy timbale-timah, klasifikasi alloy, penentuan tembaga, seng, dan timah dalam alloy, dan lain sebagainya.
Aplikasi lain menjadi penentuan zat aditif dalam oli mesin dengan menentukan barium, seng, fosfor, kalsium, dan klorida dan penentuan timbale atau sulfur dalam bensin.
DAFTAR PUSTAKA
Kardiawan, 1994, Sinar X, Jurusan Pendidikan Fisika IKIP, Bandung.
Khopkar, 1985, Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi 4, Erlangga, Jakarta.
Marjanto, D., Solichin., Zaenal, Abidin., 2008, “Analisis Keselamatan Kerja Radiasi Pesawat Sinar–X Di Unit Radiologi Rsu Kota Yogyakarta”, SDM Teknologi Nuklir, 1978-0176.
Peesok, 1976, Modern Methods of Chemical Analysis.
Robinson, W. J., 1995, Undergraduate Instrumental Analysis.
Suyatno, F., 2008, “Aplikasi Radiasi Sinar-X Di Bidang Kedokteran Untuk Menunjang Kesehatan Masyarakat”, SDM Teknologi Nuklir, 1978-0176.
Trikasjono, T., Djoko, Marjanto., Agung, Nugroho., 2007, “Perancangan Ruang Pengujian Kebocoran Pesawat Sinar X Rigaku 250 KV di STTN Batan Yogyakarta”, SDM Teknologi Nuklir, 1978-0176.
Widyatmoko, H., 2004, Akurasi Wavelenght–Dispersive X-Ray Flourescence, MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 8, NO. 2
No comments:
Post a Comment